Sepagian
ini saya memelototi layar laptop putri saya untuk membaca sebanyak
mungkin artikel yang mengulas hubungan Indonesia-Australia(*). Banyak
hal menarik yang saya temukan, terutama soal penyadapan. Namun, ada satu
hal yang membingungkan, yaitu sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah matahari beranjak naik, saya matikan laptop dan ngeloyor ke luar rumah. Di pinggir
jalan depan rumah dua bocah lelaki, sebut saja Si A dan Si B terlihat
sedang bertengkar. Si A menuduh Si B mengambil layangan miliknya, dan
menuntut pengembalian. Si B berkilah tidak mengambil, tapi menemukan
layangan itu tergeletak di suatu tempat.
Adu mulut tak
berlangsung lama. Si A meninggalkan Si B seraya bersungut-sungut dan
terus menyuarakan tuntutannya. Si B tak menjawab sama sekali.
Kepada putri saya yang sedang memanaskan sepeda motornya, saya bertanya;
“Apakah Si A marah kepada Si B.” Putri saya mengatakan ya. Saya bilang;
“Tidak, Si A ‘ngambek’. Si B sadar dirinya mencuri, tapi tidak ingin
kehilangan muka, sehingga tidak tahu harus berbuat apa.”
Jika
Si A serius marah, kata saya lagi, dia seharusnya bertahan di tempatnya
dan terus memaksa pengembalian layangan seraya mengancam akan
memusuhinya. Mungkin akan ada perkelahian, yang memaksa orang lain
melerai.
Saya menggunakan ‘pertengkaran’ dua bocah itu untuk
melihat panggung diplomasi Indonesia-Australia yang kian memanas akibat
skandal penyadapan. Si A adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
dan Si B Tony Abbott, PM Australia.
SBY memainkan diplomasi
‘ngambek’ ketika skandal penyadapan dirinya terungkap. Ia menuntut
Australia secara resmi meminta maaf. Abbott tidak ingin kehilangan muka,
dan berusaha mencari cara selain minta maaf secara terbuka (**).
Diplomasi ‘ngambek’ diperlihatkan SBY dengan memanggil pulang Duta
Besar Indonesia di Canberra, tapi tidak mengeluarkan tindakan apa pun
terhadap Dubes Australia di Jakarta. Jika SBY benar-benar marah, yang
kali pertama dilakukannya adalah mengusir Dubes Australia di Jakarta,
dengan mengeluarkan pernyataan persona non grata. Setelah itu menarik
Dubes Indonesia di Canberra(***).
Yang marah justru rakyat
Indonesia. Para hacker menyerbu situs-situs pemerintah Australia, dan
sejumlah ormas melempari Kedubes Astralia dengan telur(****). Yang juga
menjadi pertanyaan saya, mengapa tidak ada kemarahan kepada SBY, yang
lebih suka ngambek ketimbang marah.
Ngambek cenderung tak
efektif. Ini terlihat dari ketiadaan respon Australia terhadap tuntutan
Indonesia agar Canberra meminta maaf. Surat Abbott ke SBY juga tidak
berisi apa-apa kecuali bla…bla…bla, pujian, dan retorika tentang
pentingnya hubungan kedua negara.
Hikmahanto Juwana, professor
ilmu hukum Universitas Indonesia (UI), sempat menyarankan agar SBY
mengusir seluruh diplomat Australia dari Indonesia dalam 24 jam jika
surat Abbott tidak berisi apa-apa.
Saya tidak tahu bagaimana
cara memahami respon melankolis SBY terhadap Australia. Yang saya tahu,
Australia punya banyak lobby, mungkin lebih tepatnya ‘agen’, di
pemerintahan Indonesia. Pelobi Australia terus bekerja, dan Canberra
cenderung menunggu saat yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan
Indonesia tanpa pernah mengeluarkan pernyataan maaf.
Kalau pun
semua itu harus dilakukan sampai pemilihan presiden 2014, Australia
kemungkinan bersedia melakukannya. Pemerintahan baru di Indonesia akan
menyediakan suasana baru bagi Canberra. Tentu saja dengan hubungan baru,
tapi tidak harus mengubah protokol hubungan luar negeri kedua negara.
Ini dimungkinkan karena hubungan ekonomi Indonesia-Australia relatif
tidak terganggu. Buktinya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mendesak
parlemen tetap mengijinkan ekspor sapi dari Australia. Artinya, industry
pertanian Australia masih akan tetap makmur, dengan tetap menjadikan
Indonesia sebagai pasar.
Jadi, tidak akan ada petani Australia
yang bangkrut. Juga tidak akan ada kelangkaan daging sapi di Jakarta,
yang membuat orang kaya Indonesia tidak bisa menikmati steak.
---------------------------------------------------
(*) Pers Australia kerap menulis ‘Australia-Indonesia’. Saya harus
menulis ‘Indonesia-Australia’. Ini masalah politik bahasa. Orang
Australia menganggap dirinya lebih superior dibanding Indonesia, meski
di sisi lain memandang hubungan dengan Indonesia sangat penting dalam
segala hal; keamanan, ekonomi, dan boat people issue. Indikasi betapa
pentingnya Indonesia bagi Ausralia adalah banyaknya ahli Indonesia di
Australia. Di Jakarta, sangat sulit menemukan ahli Australia. Sebagai
negara yang sangat penting, maka saya harus menuliskan Indonesia lebih
dulu.
(**) Saat berkampanye, Abbott mengemukakan dua janji.
Pertama More Jakarta, Less Geneve. Artinya, Austraia akan lebih
memfokuskan hubungan dengan Indonesia, seraya mengurangi hubungan
historis dengan Eropa. Geneve adalah kota multiras, dan Australia adalah
negara multiras. Kedua, Abbott menyebut dirinya sebagai orang yang
tidak akan bisa diintimidasi pihak luar. Permintaan maaf Indonesia
dilihat Abbott sebagai bentuk intimidasi, dan Abbott sebisa mungkin
tidak akan meminta maaf.
(***) Lihat Konvensi Wina 1961 Pasal 9.
(****) Sayangnya bukan telur busuk. Demonstrasi menjadi mahal dan mubazir, karena membuang-buang makanan berprotein tinggi.
Makasih gan udah share , blog ini sangat bermanfaat sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id
mohon isi pengetahuan otak anda sebelum komentar apalagi membuat artikel. SBY bukan ngambek kali, itu diplomasi soft power. SBY jg menghentikan kerjasama strategis militer dan asylum seeker serta people smuggling. Tau dampaknya apa bagi hubungan kedua negara? Australia akan rugi besar karena secara gografis Australia membutuhkan kestabilan regional terutama maritime untuk border security dan cara yg oaling utama adalah membangun kerjasama dengan Indonesia untuk counter terrorism. kerjasama indo-aussie dibangun ber-dekade dekade, mau dihapus semalam? Pemikiran pemimpin macam apa itu, perekonomian dan keamanan maritim indonesia akan terpengaruh besar. pikiran cetek seperti anda memang cuma bisa mengkritisi saja.
BalasHapusjadi baca media indonesia dan media australia supaya pikiran cetek anda ini terobati. semoga anda diberikan ilmu