Beberapa
hari setelah skandal penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) terungkap dan Indonesia menuntut melayangkan permintaan maaf secara
terbuka, Zareh Ghazarian – dari School of Political and Social Inquiry di
Monash Universtiy – mengatakan; PM Tony Abbott tidak akan melakukannya.
Abbott.
Menurut Ghazarian, tahu pentingnya hubungan Australia-Indonesia. “Namun, Abbott
terlanjur menyebut diri ‘lebih kuat’ dari pendahulunya, dan akan berusaha tidak
terlihat sebagai pemimpin yang mudah diintimidasi kekuatan luar,” ujar
Ghazarian kepada Time.
Bisa
dipahami mengapa Abbott, setelah sekian hari skandal penyadapan terungkap dan
Indonesia telah menarik duta besar-nya dari Canberra, tidak juga meminta maaf.
Abbott yakin melayangkan permintaan maaf kepada Indonesia akan membuat
popularitasnya menurun, dan pers Australia akan mengecamnya sebagai pemimpin
terintimidasi.
Ghazarian
memperkirakan yang akan dilakukan Abbott adalah mengontak SBY secara pribadi
dan rahasia, serta menyusun langkah bersama untuk menyelamatkan muka
masing-masing di depan rakyatnya. Tidak tahu kapan Abbott akan melakukannya.
Yang pasti, masih menurut Ghazarian, Abbott dan SBY belum saling melihat teman
baik tiba-tiba menjadi musuh terburuk.
Perkiraan
Ghazarian sedikit meleset. Australia memperlihatkan sikap mendua dalam skandal
penyadapan. Julie Bishop, dubes Australia untuk Indonesia, mengatakan Canberra
sangat menyesali skandal penyadapan itu. Beberapa hari kemudian Abbott
memperkeras sikapnya dengan mengatakan pihaknya tidak akan menghentikan
kegiatan mata-mata di Indonesia.
Abbott
seolah tidak peduli dengan janji yang diucapkan saat kampanye, yaitu more Jakarta, less Geneva. Australia
akan fokus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia, dan negara-negara
Asia lainnya, seraya mengurangi hubungan multilateral historis dengan Eropa
(Barat).
Abbott
hanya sempat memenuhi janjinya pada pekan-pekan pertama tugasnya. Ia, bersama
menteri luar negeri dan delegasi bisnis, mengunjungi Jakarta. Ia juga
melakukannya lagi sebelum menghadiri pertemuan tahunan Asia-Pacific Economic
Co-operation Group di Bali, Oktober lalu.
Arogan, Takut
Bagi
pemerhati hubungan Indonesia-Australia, sikap keras Abbott bukan sesuatu yang
baru. Hubungan kedua negara kerap mengalami fluktuasi, karena kerap diwarnai
sikap – meminjam istilah Chris Trotter dalam The Daily Blog – arogan dan ketakutan. Dalam bahasa yang lain,
Richard Tanter menyebut hubungan kedua negara sebagai ambiguous asymmetry.
Sikap
ini diperlihatkan Australia sejak kali pertama menjalin hubungan diplomatik
dengan Jakarta. Canberra melihat Indonesia sebagai raksasa yang kerap harus
ditenangkan, dengan membeli para jenderal korup yang sedang berkuasa, untuk
kepentingan jangka panjang. Arogan karena Australia, kendati telah memberikan
hak politik kepada orang Aborigin, tetap menyebut diri ‘white’.
Tahun
2010, Australia adalah negara besar dengan penduduk sedikit, yaitu 22,6 juta
orang, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) 1.219 miliar dolar AS (peringkat
ke-13 di IMF), serta PDB per-kapita 54.869 dolar AS. Tahun yang sama, Indonesia,
dengan jumlah penduduk 237,6 juta, memiliki PDB 695 miliar dolar AS (peringkat
ke-18 IMF), dan PDB per-kapita 2.963 dolar AS.
Australia
adalah negara hasil kolonialisme Eropa, dengan catatan sejarah yang panjang
sebagai pembantai penduduk Aborigin. Canberra berusaha membentuk formasi sosial
yang kompleks, dan mempertahankan kualitas structural dan budaya dari period
pra-kolonial dan kolonial.
Indonesia
adalah salah satu negara Asia yang mampu melepaskan diri dari kolonialisme
bangsa-bangsa Eropa, dengan memerdekaan saat terjadi vacuum power dan mempertahankannya lewat peran dan perundingan
ketika Belanda berusaha kembali berkuasa.
Kenyataan
fundamental yang menguatkan asumsi bahwa Indonesia dan Australia menjalin
hubungan asimetris adalah Indonesia sangat penting bagi Australia, tapi
Australia tidak terlalu penting bagi Indonesia. Hampir dalam semua aspek,
Australia bukan negara penting bagi politik dunia, kendati memiliki kekuatan
ekonomi.
Pandangan
bahwa Indonesia sangat penting bagi Australia, terutama dari segi keamanan,
muncul dari pemikiran geopolitk Nancy Viviani. Menurut Viviani, besaran
populasi dan kekuatan militer juga penting dalam hubungan internasional.
Artinya, Indonesia jauh lebih berbahaya bagi Australia, dibanding Cina dan
Jepang.
Konsekuensi
dari hubungan asimetri ini, masih menurut Viviani, Australia harus menanggung
biaya yang tidak proporsional jika bersengketa dengan Indonesia. Tidak hanya
itu, Canberra juga harus menanggung biaya yang cukup besar untuk mempertahankan
hubungannya dengan Jakarta.
Sebagai
ancaman masa depan, Australia merasa perlu terus mempelajari Indonesia.
Sedangkan Indonesia tidak merasa perlu mempelajari Australia. Indonesia relatif
hanya mewaspadai Australia sebagai tetangga yang berniat memecah belah NKRI,
yaitu dengan berupaya melepaskan Papua dan menjadikannya client state.
Di
bidang pertahanan, intelejen dan urusan luar negeri, Australia sangat
menghargai orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam dan berkompeten
tentang Indonesia. Dengan kata lain, Australia lebih menghormati ahli Indonesia
ketimbang ahli Cina dan Jepang.
Intelejen
Australia akan selalu mencari informasi apa saja tentang Indonesia, mulai dari
militer sampai urusan pribadi pemimpin-pemimpin Indonesia yang sedang berkuasa.
Di era Soekarno, Australia melancarkan Claret Operation, yang di dalamnya
mencakup upaya pembunuhan terhadap presiden pertama Republik Indonesia itu.
Arogansi
dan ketakutan diperlihatkan Australia dengan sangat gamblang selama Perang
Melawan Teror. John Howard, PM Australia saat itu, menjadikan dirinya deputy sheriff untuk Asia Tenggara. Legitimasi dari AS
membuat Howard seenak perut mengontrol Jakarta, dan memaksa pihak keamanan
Indonesia memerangi kelompok-kelompok Islam garis keras, dan memaksakan desainnya
untuk Papua.
Di
sisi lain, Howard juga memaksa Indonesia mencegah pencari suaka dari Irak dan
Afghanistan yang menuju Australia lewat perairan Nusantara. Jakarta, entah
bagaimana, menuruti kehendak itu. Ratusan pencari suaka ditahan di berbagai kota
di Indonesia. Lainnya tenggelam sebelum tertangkap.
Pada
saat bersamaan, Howard memperlihatkan phobia terhadap Indonesia dengan
mengeluarkan Maritime Identification Zone 1000 Mil. Akibatnya, menurut Tanter,
terjadi perubahan persepsi tentang Australia di kalangan perencana militer
Indonesia. Australia bukan lagi kawan, tapi ancaman potensial bagi Indonesia.
Yang
juga lebih menarik adalah ada saling tidak percaya di kalangan elite kedua
negara. Setiap tahun, terhitung sejak 2006, Lowy Institut mengatakan jajak
pendapat untuk mengetahui pandangan masyarakat Australia terhadap Indonesia
dengan skala 0 sampai 100. Hasilnya, skala rata-rata kepercayaan public
Australia terhadap Indonesia di bawah 50.
Tahun
2009 mungkin yang paling mengejutkan. Sebanyak 54 persen penduduk Australia
sama sekali tidak mempercayai Indonesia.
Survei
yang sama juga dilakukan di Indonesia. Lowy Institute menunjukan hanya tahun
2006 publik Indonesia sedikit mempercayai Australia. Skor-nya adalah 51.
Setelah itu, tidak ada lagi. Kedua negara terjerumus ke dalam hubungan saling
tidak percaya.
Terus Mengintip
Jika
hubungan Indonesia-Australia terlihat mesra, itu lebih disebabkan kedekatan
personal sekelompok kecil pemimpin kedua negara. Di era Orde Baru, Soeharto
sangat dekat dengan Gough Whitlam dan Paul Keating. Namun, kedekatan mereka
sama sekali tidak menghilangkan saling curiga para elite kedua negara.
Di
era Keating, misalnya, Australia sama sekali tidak menghentikan aktivitas
mata-matanya di Jakarta. Soeharto dan Keating tahu semua itu, tapi sama sekali
tidak mengganggu hubungan personal keduanya.
Persoalan
akan menjadi berbeda jika aktivitas spionase Australia di Indonesia terungkap
ke publik. Soeharto mungkin akan menghadapi tekanan rakyatnya, agar menuntut
Keating meminta maaf. Situasi inilah yang dihadapi SBY dan Abbott saat ini.
Di
Eropa, Angela Merkel mungkin tidak akan mencak-mencak kasus penyadapan terhadap
dirinya, yang dilakukan Amerika Serikat, tidak diketahui publik Jerman dan
dunia. Spionase adalah kegiatan rahasia, dan harus diselesaikan secara rahasia.
Ketika kegiatan spionase diketahui publik, akan menimbulkan dampak politik bagi
para pemimpin.
Padahal,
sepanjang sejarah hubungan Indonesia-Australia, Jakarta beberapa kali
mendeportasi diplomat Australia yang tertangkap melakukan kegiatan mata-mata.
Saat bersahabat dengan Soeharto, Whitlam menempatkan Murray Clapham sebagai
kepala Badan Intelejen Australia (ASIS) di Jakarta.
Bersama
Geoff Forrester, Clapham kemudian menjadi penasehat sector swasta untuk masalah
hubungan dengan Indonesia. Sedangkan Allan Taylor, mantan Dubes Australia di
Jakarta dan mantan ketua ASIS, menjadi penasehat dua partai yang saling berebut
pengaruh di Australia.
Artinya,
spionase telah menjadi bagian kebijakan Australia terhadap Indonesia. Tidak ada
tahun-tahun hubungan Indonesia-Australia tanpa aktivitas spionase Canberra. Ini
menjadi jelas dengan pernyataan Abbott bahwa Australia tidak akan menghentikan
aktivitas mata-matanya di Indonesia.
Pertanyaannya,
bagaimana Australia memperbaiki hubungan dengan Indonesia pasca terungkapnya
skandal penyadapan? Canberra kemungkinan akan menunggu sampai pemerintahan baru
di Indonesia terbentuk usai Pemilu 2014.
Australia
tahu orang Indonesia gampang lupa. Mereka akan menunggu sampai situasi lupa orang
Indonesia sempurna, dan pemerintahan baru menyediakan suasana untuk memperbaiki
hubungan. Jadi, tidak ada kata maaf dari Australia.
SAYA IBU NURJANNA YANG PERNA DI BANTU SAMA EYANG GURU MASALAH EKONOMI SAYA,,COBA DI BACA ARTIKEL DI BAWA INI,SIAPATAU BISA MENGUBAH NASIB SAUDARAH SAUDARA KU YANG KESULITANG JUGA MASALAH EKONOMI,,,TANKSS TUMPANGANYA WASSALAM..
BalasHapusSelamat Datang di Blog Nomor Togel Tembus :
Izinkan kami membantu anda semua dengan Angka ritual Kami..Kami dengan bantuan Supranatural Bisa menghasilkan Angka Ritual Yang Sangat Mengagumkan…Bisa Menerawang Angka Yang Bakal Keluar Untuk Toto Singapore Maupun Hongkong…Kami bekerja tiada henti Untuk Bisa menembus Angka yang bakal Keluar..dengan Jaminan 100% gol / Tembus…!!!! Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!!
Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini
1. Di Lilit Hutang
2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel
3. Barang berharga Anda udah Habis Buat Judi Togel
4. Anda Udah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat
Jangan Anda Putus Asa…Anda udah berada Di blog yang sangat Tepat..
Kami akan membantu anda semua dengan Angka Ritual Kami..
Anda Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya Saja…
Jika anda Membutuhkan Angka Gaib Hasil Ritual Dari Eyan Guru
2D,3D,4D di jamin Tembus 100% silahkan:
Adapun Besar Biayanya tergantung Paket Kami berikan :
1, PAKET 2D : Rp 300,000
2. PAKET 3D : Rp 700,000
3. PAKET 4D : Rp 1,500,000
4. PAKET 6D : Rp 2,500,000
Semua Biaya diatas tidak sebanding dengan angka ramalan yang kami berikan…
Tapi ingat setelah anda succes dengan angka ritual kami..
sisikan sedikit buat orang yang membutuhkan nya…!!!
Dan Untuk Bisa Mendapatkan semua Angka kami silahkan Anda:
FORMAT PENDAFTARAN
Kpd Yth!! Bpk/ibu
Yang Sedang Dililit Utang Kami Atas
Nama Team Nomor Togel Tembus
Bersedia Membantu Anda Dengan Angka GAIB,
Hasil RITUAL Sendiri, Cara Bergabung Jadi Member ?
KETIK: Nama Anda#Kota Anda#Kabupaten#Togel SGP/HKG#
Lalu Kirim Ke No Hp Kami : ( 0853 4646 0583 )
NB : Sebelum Anda Memutuskan Untuk Bergabung,Perlu Anda Pahami
Bahwa Angka Yang Di Berikan Bukan Angka Acakan Atau Rumusan...
Tapi Melalui Ritual Yang Telah Di Akui Banyak Orang Dan Sangat Bermanfaat...
Tidak Menjanjikan Yang Manis-Manis Apalagi Sesuatu Yang Pasti Kami Tdk Mendahului Yang Maha Kuasa (ALLAH WATAALAH).
Call Di Nomer : +6285346460583
EYANG-GURU
Jaminan 5x Putaran Gol berturut-turut
Cuma 2 Lubang Tanpa Bb
Thank’s Kawan..Semoga Aja Jp Dan Sehat Selalu..!